Dulu itu enak ya, kemana-mana ga usah pake sandal, kerjaan
pulang sekolah kalo ga tidur siang ya main sama temen2, tapi itu dulu, waktu
masih kecil .
Dulu waktu kecil kita selalu menunggu datangnya hujan, biar
bisa mandi hujan, sembunyi-sembunyi dari ortu buat mandi hujan, sembunyi
sembunyi biar ga ketauan and ga kena marah, eh tapi pas pulang kerumah
basah-basahan tetep aja kena marah :D tapi kalo sekarang, waktu hujan dateng
langsung pergi, ngindar, berteduh, ga mau kena hujan yang dulu kita tungu-tunggu,
kenapa ?? apa hujan tak lagi menyenangkan karena tubuh kita sudah besar, atau
karena umur kita yang sudah dewasa ??
Ya, “Aku ingin menjadi seperti anak kecil yang hidup tanpa
beban dan tanpa masalah, hidup hanya antara dua pilihan tertawa atau menangis,
bukannya tertawa tapi hati menangis”.
Saat kecil kita belajar main sembunyian (petak umpet),
belajar bersembunyi agar keberadaan kita tak diketahui orang lain, dan
permainan itu berguna sampai kita dewasa, dimana kita harus mennyembunyikan
perasaan kita kepada orang lain, tertawa didepan mereka, tapi saat mereka pergi
akan terasa sebuah kenyamanan dari sebuah kesepian dan kesendirian, kenyaanan
yang jauh lebih indah daripada harus bersama orang-orang, memberikan senyuman
dan tawa, tapi hati tetap merasa sepi, di acuhkan dunia, tak dipedulikan, tak
dibutuhkan!!! Kesepian & kesendirian tak selamanya menjadi sebuah momok
sedih atau suram, tapi akan lebih indah daripada bersama-sama dengan segala isi
kemunafikan dunia.
Katakan pada mereka aku tak membutuhkan seyum dan tawa
mereka itu didepanku, tapi menangislah didepanku, aku ingin orang merasa nyaman
didekatku, merasa aman, merasa semuanya akan baik-baik saja, bukan hanya
terlihat seperti semuanya baik-baik saja hanya dengan sebuah senyum dan tawa.
Aku ingin sendiri, aku ingin menyendiri, hidup tak mengganggu dan tak diganggu,
tak perlu peduli pada orang lain agar tak kecewa bila tak diperdulikan orang
lain.
Tapi Tuhan punya rencana kan, akan ada saat dimana semua
berjalan indah, waktu akan membawa kepada keadaan yang lebih baik, walau hanya
terlihat baik.
“Walaupun fatamorgana, melihat danau ditengah gurun akan
lebih baik daripada tidak melihat apapun di tengah gurun”. Tuhan kirimkan
sebuah senyum ketika aku mulai berfkir dunia ini terlalu jahat untuk ditempati,
ketika keadaan ku sedang tak stabil, walau tak nyata, aku sungguh membutuhkan
itu, dengan cara-Nya Dia kirimkan itu kepadaku, “Terima kasih kepada Tuhan, dan terima kasih kepada Dia yang (mungkin)
dikirimkan Tuhan untuk membuat senyum dibibirku”
Jadi tulisan ini ber-Inti apa ?? Mungkin tak ada, hanya
perasaan seseorang yg dituangkan melalui tulisan, perasaan yang ingin
dipedulikan, yg ingin merasa dibutuhkan, namun tak ingin mendapatkannya, karena
tak ada kenyamanan yg lebih baik dari kesendirian ku sendiri, tak ada bahu yg
lebih luas dari alam yang bisa menerima semua kesedihanku, tak ada pelukan yang
lebih hangat dari cahaya matahari yg membuat ku merasa aman, dan tak ada tangan
yang lebih kuat yang bisa menghapus semua air mataku daripada tangan ku sendiri
, menangis pada alam, bercerita pada alam, semua itu terasa menyenangkan, jadi
aku tak perlu mereka walau aku sangat menginginkan mereka, selama aku masih
punya kesendirian ku ini, walau itu menyedihkan :D
Terlalu banyak yg ingin dtulis, takut bila nanti malah jadi
novel, jadi cukup sekian dan terima kasih kisah menyedihkan ini, lagian kan
segala masalah itu tak perlu dijadikan pikiran :D
“Terima Kasih”